Benih-benih perpecahan mulai membayang
di kerajaan Majapahitsemenjak Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389M. ia
tidak mempunyai anak laki-laki dari permaisurinya.maka diangkatlah
menantunya, suami Kusumawardhani yang bernama Wikramawardana, sebagai
penggantinya. Inilah yang menyebabkan perang Paregreg dengan Blambangan
Dalam pada itu, dalam perkawinannya
dengan putrid Hayam Wuruk tersebut, Wikramawardhana mendapatkan seorang
anak laki-lakiyang dicalonkan sebagai putra mahkota.tetapi anak ini
meninggal padatahun 1933M. dari selir ia memperoleh putri bernama
Suhitayang dikawinkannya dengan seorang pangeran, Bhre Pramesywara.
Akibat rasa keksatriaannya yang sangat
terluka menyaksikan kebobrokan-kebobrokan di Majapahit, menantu
Wikramawardhana itu mengungsi dari negerinya sesudah mengalami
perselisihan dengan bangsawan-bangsawan lainnya. Ia mengembara bersama
sejumlah kesatria yang bersetuju hati dengannya, meninggalkan istrinya
yang menolak diajak serta.
Akhirnya ia tiba di Tumasuk, Singapura
sekarang. Dari pulau ini ia berlayar ke Malaka, menetap disana dan
diangkat sebagai kepala penguasa. Dibentuknya sebuah armada kecil untuk
menjaga keamanan negeri itu. Karena ternyata tempat itu sangat
strategis, terlindung dari angin-angin besar, jadilah Malaka sebuah
banar yang ramai. Pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persi, Cina,
Majapahit dan lain-lainnya mengunjungi pelabuhan tersebut.
Bhre Pramesywara diangkat menjadi raja
dan bergelar Megat Iskandar Syah. Waktu itu ia sudah memeluk agama
islam. Hubungannya dengan kerajaan-kerajaan islam di Sumatera sangat
erat. Apalagi setelah ia kawin denga putri Sultan Pasai, Zainal Abidin
Bahian Syah, kakek Maulana Malik Ibrahim, yang sebelumnya telah
dikirimkan ke Jawa Timur untuk memimpin angkatan dakwahnya disana.
Tidak lama Megat Iskandar Syah memegang
pemerintahan. Hatinya lebih tersentuh untuk menyebarkan agama islam.
Maka diserahkannya kekuasaan kepada penggantinya, dan ia berkelana
sebagai Mubaligh sambil menuntut ilmu dengan julukan Maulana Ishak.
Beberapa lamanya ia menetap di Pasai,
berguru kepada para ulama dari Parsi dan Gujarat yang banyak membuka
pengajian di negeri mertuanya itu. Di situ ia mendengar berita dari Jawa
bahwa saudara iparnya,Maulana Malik Ibrahim.telah meninggal pada tahun
1419M, dan pesantren yang sedang dirintisnya itu sekarang dipimping
oleh Raden Rahmat yang bergelar Sunan Ampel, anaknya.
Maulana Ishak berangkat ke Jawa Timur,
menumpang perahu dari Gresik yang hendak kembali ke kampungnya. Ia
langsung menuju ke pesantren Ampel Denta.
Waktu itu Sunan AMpel sedang
bersembahyang Asar. Di situ ia berkenalan denga Wirojoyo, Abu Hurairah,
Kyai Bangkuning, serta dengan beberapa santri Sunan Ampel lainnya.
Alangkah gembiranya putra Maulana Malik
Ibrahim yang kini bernama Sunan Ampel itu bertemu dengan paman iparnya.
Maulana IShak sempat berguru di Ampel beberapa lamanya. Hal ini
menunjukkan kebesaran hati dan kerendahan jiwanya. Meskipun dari segi
umur dan silsilah ia lebih tua, namun tak segan-segan Maulana Ishak
berguru kepada Sunan Ampel.
Sesudah itu, dengan peretimbangan bahwa
raja Blambangan masih sedarah dengannya, dari Majapahit, maka ia
disarankan untuk bedakwah disana.
Berangkatlah Maulana Ishak di negeri Hindu itu. Mula-mula ia menetap dan menepi di gunung Selangu.
Persis pada waktu itu penyakit menular
sedang bercabul di negeri Blambangan. Sudah banyak korban yang jatuh,
dan di istana, putrid Raja Minak Sembuju sedang sekarat menghadapi maut.
Raja bersumpah, barangsiapa dapat menyembuhkan Dewi Sekardadu, kalau
perempuan akan diangkat menjadi saudara, sedang kalau laki-laki akan
dijadikan suaminya.
Segera Ki Patih Bajusengoro
diperintahkan untuk mencari pendeta atau tabib sakti. Dalam
perjalanannya, ia mendapati orang setengah tua berpakaian putih-putih
sedang sujud dalam sembahyangnya di puncak Gunung Selangu.
Ki Patih mewakili raja, meminta
petolongannya. Maka Maulana Ishak pun bertolak ke Blambangan. Dengan
penuh kesungguhan akhirnya putri Sekardau bisa disembuhkannya. Karena
itu dikawinkanyalah dia dengan sang putri secara islam.
Setelah jadi menantu raja Hindu itu,
Maulana Ishak bukannya terlena dalam kesenangan. Ia tetap giat
menyebrkan dakwah. Hal ini menyebabkan raja dan para bangsawan memusuhi
dan bermaksud membunuhnya. Atas desakan istrinya yang waktu itu sedang
hamil tua, Maulana Ishak meloloskan diri dari kepungan, dan berangkat ke
Pasai.
Ia telah berpesan kepada istrinya,
disamping kepada Sunan Ampel yang sempat disinggahinya,agar anak yang
dikandung itu diberi nama Raden Paku kalau laki-laki, dan terserah nama
apa saja kalau perempuan, begantung padakesenangan ibunya.
Di Pasai, MAulana Ishak membuka sebuah
pesantren besar. Akhirnya ia tersohor dengan sebuah sebutan Syaih Awalul
Islam sampai wafatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar