Dan nampaknya jawaban dari Nabi Musa
a.s. dapatlah dimengerti oleh kaumnya, dengan alasan Nabi Musa a.s.
dapat membawa kaumnya Bani Israil yang telah tersesat menuju ke jalan
yang terang benderang. Nabi Musa a.s. dengan tongkatnya dapat membelah
lautan dan mengalahkan Fir’aun, juga dapat mengalahkan semua tukang
sihir dari bangsa Mesir, disamping itu juga Nabi Musa a.s. dapat
membongkar akan rahasia gelap mengenai pembunuhan kejam.
Belum lagi Nabi Musa a.s. beristirahat duduk untuk menjawab semua
pertanyaan dari kaumnya, turunlah wahyu dari Allah SWT untuk Nabi Musa
a.s. yang berisi teguran bahwa sesungguhnya Ilmu Pengetahuan itu luas
sekali serta pengetahuan itu tidak hanya milik para Rasul, akan tetapi
siapa saja dapat memiliki pengetahuan yang luas atas kehendak Allah SWT.
Setelah menerima wahyu dari Allah SWT
tersebut, Nabi Musa a.s. tergerak keinginannya untuk menjumpai orang
yang lebih pintar dari dirinya, seraya memohon, “Ya Allah.. siapakah
orang yang lebih pintar dari diriku dan dimanakah tempat tinggalnya..?
Aku ingin sekali menjumpainya dan akan belajar darinya, mudah-mudahan
aku dapat menyauk lubuk ilham dan memetik ilmu serta keyakinan darinya”. Permohonan Nabi Musa a.s. kemudian dijawab oleh Allah SWT, “Wahai Musa engkau bisa menjumpai orang itu di tempat bertemunya dua lautan (yaitu antara lautan Roma dan lautan Persia)”. Kemudian Nabi Musa berkata lagi kepada Allah SWT, “Ya Allah.. tunjukkanlah untukku jalan menuju ke sana”.
Selanjutnya Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Musa a.s. supaya
membawa seekor ikan, dan jika ikan itu telah menghilang maka di situlah
beliau dapat bertemu dengan orang itu.
Maka dengan segera Nabi Musa a.s.
meminta salah seorang pemuda dari kaumnya untuk menemaninya dalam
perjalanan dan menyiapkan seekor ikan sebagaimana yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT, menurut para ahli tafsir pemuda yang
menemani Musa dalam perjalanan adalah muridnya sendiri yang bernama Yusya bin Nun.
Akhirnya Nabi Musa a.s. bersama Yusya
bin Nun melakukan perjalanan serta berjanji, bahwa dirinya tidak akan
kembali sebelum bertemu dengan orang dicarinya, meskipun dalam
perjalanannya itu membutuhkan waktu yang lama atau pun bertahun-tahun.
Peristiwa ini di kisahkan dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi ayat 60.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar