Cari Blog Ini

Jumat, 09 Januari 2015

Wafarnya Abu Hasan r.a

   Tujuh belas Ramadan pun tiba. Ketiga orang itu (Ibn Muljam, Wirdan dan Syabib) bersiap siap dengan pedang terikat di pinggangnya.
   Tak tersirat oleh Ali r.a bahwa saat yang dinantikan nya itu telah tiba. seperti biasa, ia keluar rumah untuk shalat dan membangunkan orang lain.
   Namun, belum Ali melangkah jauh dari rumahnya, Syabib menebaskan pedang sehingga ia terjatuh. Ibn Muljam menyusul menebaskan pedangnya sehingga darah Ali mengucur ke janggutnya.
   Ibn muljam berteriak, "Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, bukan mililmu dan milik sahabatmu."
   Ali pun berseru "Kalian akan mendapatkan Hukum Allah."
   Wirdan langsung lari. Namun Seseorang dapat menangkapnya dan membunuhnya. Orang orang pun menemui Al Hasan dan menceritakan apa yg terjadi kepada Ali. Ibn Muljam digiring kehadapan Ummu Kaltsum, menjerit sambil menangis.
   "Hai musuh Allah, Ayahku tidak apa - apa, sedangkan kau akan mendapat murka Allah."
   Ibn Muljam berkata "Jadi, untuk siapa kau menangis? aku telah meracuni pedang ku dengan racun yg mematikan. Andaikan pedang itu di tebaskan kepada seluruh penduduk mesir tidak akan ada satupun yg selamat."
   Setelah itu tidak ada lagi yg bisa di ucapkan sekain kalimat La ilaha illallah hingga malaikat mau pun menjemputnya pada tanggal 21 Ramadhan.

Celakalah, Wahai kedua mata
yang tidak menangisi kepergian Amirul Mu'minin
Lihatlah,
Mata para penduduk Syiria tak mengeluarkan setetespun air mata
Dibulan Haram ini kalian mengagetkan kami
Orang terbaik diantara kami telah Pergi.

Rahimahullah Ali bin Abi Thalib k. w
Sumber : Biografi Khalifah Rasulullah

Jum'at, Zulhijah, 35 H

   Utsman sedang membaca Al Quran ketika beberapa orang merangsek ke dalam kamarnya. Tiba - tiba saja seorang dari mereka meloncat ke hadapan Utsman dan berteriak, "Antara aku dan engkau ada kitabullah." sambil menebaskan pedang dan Utsman menangkis sabetan itu sehingga tangannya terputus.
   Dan darah itu mengucur sehingga membasahi Mushaf yg ada di hadapannya. Amr ibn al - Hamq lompat ke tubuh Utsman dan menduduki dadanya, dan menghujamkan senjatanya 7x. Ia berkata, "Satu kali Untuk Allah dan keenamnya adalah dendam yg bergejolak di dalam dadaku."
   Utsman pun tersenyum kini rasa rindu kepada Rasulullah akan segera terobati. Pagi ini, ia merasa bahwaharapan untuk bertemu dengan Rasulullah pun menjadi nyata, Karena ia bermimpi, Rasulullah bersabda, "Malam ini makanlah bersama kami, Utsman." Dan keesokan harinya ketika pemberontak mengepung rumahnya ia tertidur. ia pun bermimpi, Rasulullah bersabda "Kau akan shalat Jum'at bersama kami."
   Saat mau menjemput, ia sedang dalam keadaan berpuasa dan telah membebaskan 20 orang budak. Bahkan, ia pun meminta pakaian yg panjang. Khawatir Auratnya tersingkap oleh para durjana.
    Itulah hari terakhir Utsman. Para perawi menuturkan bahawa hari itu adalah hari Jum'at. Itulah hari Jum'at kelabu dalam sejarah islam. inilah awal petaka kehancuran keutuhan dan kesatuan umat islam. Sang Dzurunain (Pemilik dua Cahaya) dibunuh karena tidak di sukai oleh sebagian goolongan

Rahimahullah Utsman Bin Affan
Sumber : Biografi Khalifah Rasulullah

Wafatnya Sang Khalifah

   Adzan Subuh telah terdengar di bumi Madinah. Umar pun sang Khalifah langsung bergegas ke Masjid Madinah dan sang khalifah tanpak Arif dan bersahaja.
   Dimasjid sudah ramai para jamaah.Khalifah pun mendirikan shalat sunat Fajar. Sesaat setelah muadzin beriqomah, Umar pun maju ke tempat imam.
   "Luruskan shafnya." Ujar Umar
   Setelah shaf lurus Umarpun Membalikan badan menghadap kiblat. Waktu bergulir sejenak. Tetapi yg diucapkan Umar bukan Takbir Tetapi lain.
   "Seorang Anjing telah menikam ku." Ucap Umar. Jasad Umar pun ambruk seketika. Darah pun membasahi Jubahnya.
   Umar yg tengah terkapar itu pun menarik Abdurrahman ibn Auf untuk menjadi Imam. Suasana di dalam masjid dipenuhi dengan Kecemasan. Abdurrahman Ibn Auf pun mengimami shalat dengan cepat.
   Setelah Shalat pun Umar bertanya.
   "Wahai Putra Abbas, Siapakah yg membunuhku?" Kata Umar
   "Budak Mughirah" jawab Ibnu Abbas
   "Apakah dia Al - Shun' (Abu Lu'luah Fairuz)?" Tanyanya lagi
   "Ya" jawab Ibnu Abbas
   "Aku telah memerintahkan kebaikan untuknya. Alhamdulullah segala puji bagi Allah SWT yg tidak menjadikanpembunuhku Orang Islam." Ujar Umar
   Umar berkata kembali "Seandainya aku memiliki Emas sepenuh bumi ini, sungguh akan kupergunakan untuk menebus diriku dari malapetaka hari Kiamat. Adapun perkara ke-Khalifahan, Aku serahkan kepada :
  1. Utsman bin Affan
  2. Ali ibn Abi Thalib
  3. Thalhah bin Ubaidillah
  4. Abdurrahman bin Auf
  5. Zubair bin Awwam
  6. Saad bin Abi Waqqash
   Pagi terus beranjak, Matahari mulai terbit. Sementara Nafas Sang Khalifah perlahan terhenti. Dan pada Ahad pagi. Awal bulan Muharrom Tahun 24 Hijriyyah (644 M), Khalifah Umar menghembuskan nafas terakhir. Semua pun merasa kehilangan sang Khalifah TEgas, Adil dan Bijaksana

Rahimahullah "Umar bin Khattab"
 Sumber : Biografi Khalifah Rasulullah

Rabu, 07 Januari 2015

Cerita singkat Tentang Nabi Muhammad SAW



Nabi Muhammad SAW. Merupakan Nabi terakhir yang diutus ke muka bumi.
Masa Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW. Lahir dari kandungan ibu Aminah dan berayahkan Abdullah pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah dan bertepatan pada 22 April 571 M. dalam keadaan yatim. Pada kelahiran nabi Muhammad SAW. Terjadi peristiwa dimana tentara Abraham akan menghancurkan Kabah yg kemudian gagal karena Allah SWT. Mengutus Burung Ababil untuk membawa Krikil Sijjil dengan paruhnya, yg dilemparkan kepada tentara gajah tersebut hingga tembus ke dalam sampai Mati. Peristiwa itu diabadikan dalam Al – Quran Surat Al – Fiil ayat 1 – 5.
Kebiasaan Masyarakat Jahiliyyah
Contoh kebiasaan Jahiliyyah : Mabuk, berjudi, Maksiat, Merendahkan derajat Wanita.
Masa kanak – kanak Nabi Muhammad SAW. Hingga masa kerasulan
Nabi Muhammad SAW. Disusui oleh ibunya hanya beberapa hari, oleh Tsuaibah 3 Hari, dan dilanjutkan oleh Halimah Sa’diyah. Keistimewaan Nabi Muhammad SAW. : umur 5 bulan sudah dapat berjalan, 2 th sudah menggembala Kambing, 6 tahun Nabi Muhammad ditinggal oleh ibunya Aminah, oleh karena itu Nabi tinggal di Kakeknya Abdul Mutholib. Usia 8 th 2 bln 10 hr Abdul Mutholib wafat, kemudian diasuh oleh Abu Tholib (Paman). Usia 12 th nabi diajak berdagang ke Syam, usia 25 th nabi berjualan dagangan milik Siti Khodijah ke Syam. Nabi menikah dengan Khodijah yg berumur 40 th dan Nabi berumur 25 th dengan mas kawin 20 ekor Unta muda. Yang dianugrahi 6 putra putri : Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulsum dan Fatimah.
Masa Kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Pada usia 35 th ada peristiwa yaitu Makkah dilanda banjir besar hingga meluap ke Baitul Haram yang kemudian Kakbah diperbaiki oleh arsitek yg bernama Baqum (orang Romawi). Usia 40 th nabi diangkat menjadi Rasul. Beliau menerima wahyu yang pertama kalinya di Gua Hira dengan perantara malaikat Jibril yaitu QS. Al Alaq ayat 1 sampai 5.
Rasulullah berdakwah
Dalam keadaan menggigil dan ketakutan Nabi menerima Wahyu yg kedua : QS. Al Muddasir ayat 1 – 7.
Menyiarkan agam islam dengan sembunyi sembunyi
Beliau berdakwah secara sembunyi sembunyi dengan mengajak keluarganya dan sahabat sahabtnya untuk masuk islam. Orang orang yg pertama masuk islam :
v  Siti Khadijah (Istri Nabi SAW)
v  Ali bin Abi Thalib (Paman Nabi SAW)
v  Zaid bin Haritsah (Anak Angkat NAbi SAW)
v  Abu Bakar As Siddiq (Sahabat dekat Nabi SAW)
Orang orang yg masuk islam perantara Abu Bakar As Siddiq :
  • Utsman bin Affan                                               
  • Zubair bin Awwam  
  • Sa’ad bin Abi Waqqash                                   
  • Abdurrahman bin Auf      
  • Thalhah bin Ubaidillah                                       
  • Arqam bin Abil Arqam       
  • Fathimah binti Khattab                                   
  • Abu Ubaidillah bin Al Jarrah
Dan mereka yg namanya di Atas semua disebut Assabiqun Al Awalun.
Menyiarkan Agama Islam secara terang terangan
Dakwah secara terang terangan di perintahkan oleh Allah SWT melalui turunnya surat Al Hijr : 94. Agama Islam meluas ke Habasyah (Etophia), Thaif dan Yastrib (Madinah). Pada tahun 10 Kerasulan pada saat “Ammul Khuzni” yaitu tahun duka cita dengan wafatnya Abu Thalib dan Siti Khadijah. Dan terjadi peristiwa Isra Mi’raj dengan perintah shalat 5 Waktu.
Sifat sifat Rasulullah SAW. 
  •  Siddiq (Jujur)                                  
  • Amanah (Dipercaya)
  • Tabligh (Menyampaikan)                  
  • Fathonah (Cerdas)
Haji Wada RasulullahSAW
Pada Tahun 10 H, nabi Muhammad SAW melaksanakan Haji Terakhirnya (Haji Wada) dengan 100.000 jamaah yg ikut serta.
Nabi Muhammad SAW rahmatan lil ‘Alamin
Nabi Muhammad SAW diutus untuk memberikan bimbingan kepada manusia agar menjalani hidup yg benar sehingga dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan Akhirat.
Misi Misi Nabi Muhammad SAW
v  Menyiarkan Agama Islam
v  Menyampaikan Wahyu Allah SWT
v  Menyampaikan Kabar gembira dan peringatan kepada umat Manusia
v  Menyempurnakan Akhlaq yaitu Akhlaq Qurani
Adab Rasulullah SAW saat Makan dan minum
v  Berupaya untuk mencari makanan yg Halal
v  Hendaklah mencuci tangan sebelum Makan
v  Hendaklah memulai makan dan minum dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan Hamdallah
Adab Rasulullah SAW saat sebelum tidur dan bangun tidur
v  Berintrospeksi diri / Muhasabah sesaat sebelum tidur
v  Tidur dini
v  Disunahkan berwudlu sebelum tidur
Adab Rasulullah SAW saat berpakaian dan berhias
v  Memakai pakaian bersih dan bagus
v  Pakaian harus menutup aurat
v  Pakaian laki laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya
Keutamaan Shalawat Nabi
Makna Shalawat dari Allah SWT kepada Hambanya : Limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemuliaan dan keberkatan dari-Nya.
Hukum bershalawat Wajib Apabila :
v  Membaca Tasyahud (Tahiyat)
v  Setiap menyebut, menulis, mendengar nama Rasulullah SAW
Arahan Membaca Shalawat
Allah Memulai shalawat keatas Nabi diikuti Malaikat kemudian dianjurkan kepada muslimin mengamalkannya.
Kelebihan Shalawat
v  Apabila mengucapkan shalawat kepadaku 1x maka Allah akan bershalawat bagi-Nya 10x
v  Digugurkan 10 kesalahannya (Dosa) nya
v  Ditinggikan drajatnya
Shalawat paling Afdhol (Utama)
Yaitu Shalawat yg dibaca selepas Tasyahud Akhir setiap shalat.
Waktu utama Bershalawat
v  Ketika mendengar orang menyebut nama Nabi SAW
v  Selesai berwudhu sebelum membaca do’a
v  Diakhiri Qunut dalam shalat
Hikmah dan Fadhillah memperingati kelahiraan Nabi SAW
Hikmah :
v  Mendorong orang untuk membaca shalawat
v  Ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau
v  Menengahkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW
Fadilah :
v  Akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakan dan menghadirinya
v  Akan diberikan syafaat pada hari Akhir
v  Barang siapa yg memberikan infak 1 dirham untuk mesmperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW maka akan menjadi temanku masuk Surga
Dalil dalil bolehnya memperingati Maulid Nabi
v  Kitab Madarij As – Suhud Syarah Al – Barzanji hal. 15 :
Rasulullah Bersabda : “Barang siapa yg menghormati hari lahirku tentu aku akan memberikan syafaat kepadanya di hari akhir.”
v  Dalil dalam Madarid As -  Suhud Hal 16
Umar Mengatakan : “Siapa yg menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya menghidupkan islam”

Jumat, 02 Januari 2015

Orang Yahudi yg mencari keadilan Umar Bin Khattab

Sejak menjabat gubernur, Amr bin Ash tidak lagi pergi ke medan tempur. Dia lebih sering tinggal di istana. Di depan istananya yang mewah itu ada sebidang tanah yang luas dan sebuah gubuk reyot milik seorang Yahudi tua.
“Alangkah indahnya bila di atas tanah itu berdiri sebuah mesjid,” gumam sang gubernur.
Singkat kata, Yahudi tua itu pun dipanggil menghadap sang gubernur untuk bernegosiasi. Amr bin Ash sangat kesal karena si kakek itu menolak untuk menjual tanah dan gubuknya meskipun telah ditawar lima belas kali lipat dari harga pasaran.
“Baiklah bila itu keputusanmu. Saya harap Anda tidak menyesal!” ancam sang gubernur.
Sepeninggal Yahudi tua itu, Amr bin Ash memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan surat pembongkaran. Sementara si kakek tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Dalam keputusannya terbetiklah niat untuk mengadukan kesewenang- wenangan gubernur Mesir itu pada Khalifah Umar bin Khattab.
“Ada perlu apa kakek, jauh-jauh dari Mesir datang ke sini?” tanya Umar bin Khattab. Setelah mengatur detak jantungnya karena berhadapan dengan seorang khalifah yang tinggi besar dan full wibawa, si kakek itu mengadukan kasusnya. Padahal penampilan khalifah Umar amat sederhana untuk ukuran pemimpin yang memiliki kekuasaan begitu luas. Dia ceritakan pula bagaimana perjuangannya untuk memiliki rumah itu.
Merah padam wajah Umar begitu mendengar penuturan orang tua itu.
“Masya Allah, kurang ajar sekali Amr!” kecam Umar.
“Sungguh Tuan, saya tidak mengada-ada,” si kakek itu semakin gemetar dan kebingungan. Dan ia semakin bingung ketika Umar memintanya mengambil sepotong tulang, lalu menggores tulang itu dengan pedangnya.
“Berikan tulang ini pada gubernurku, saudara Amr bin Ash di Mesir,” kata sang Khalifah, Al Faruq, Umar bin Khattab.
Si Yahudi itu semakin kebingungan, “Tuan, apakah Tuan tidak sedang mempermainkan saya!” ujar Yahudi itu pelan.
Dia cemas dan mulai berpikir yang tidak-tidak.Jangan-jangan khalifah dan gubernur setali tiga uang, pikirnya. Di manapun, mereka yang mayoritas dan memegang kendali pasti akan menindas kelompok minoritas, begitu pikir si kakek. Bisa jadi dirinya malah akan ditangkap dan dituduh subversif.
Yahudi itu semakin tidak mengerti ketika bertemu kembali dengan Gubernur Amr bin Ash. “Bongkar masjid itu!” teriak Amr bin Ash gemetar. Wajahnya pucat dilanda ketakutan yang amat sangat. Yahudi itu berlari keluar menuju gubuk reyotnya untuk membuktikan sesungguhan perintah gubernur. Benar saja, sejumlah orang sudah bersiap-siap menghancurkan masjid megah yang sudah hampir jadi itu.
“Tunggu!” teriak sang kakek. “Maaf, Tuan Gubernur, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu sampai-sampai Tuan berani memutuskan untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak mengerti!” Amr bin Ash memegang pundak si kakek, “Wahai kakek, tulang itu hanyalah tulang biasa, baunya pun busuk.”
“Tapi…..” sela si kakek.
“Karena berisi perintah khalifah, tulang itu menjadi sangat berarti.
Ketahuilah, tulang nan busuk itu adalah peringatan bahwa berapa pun tingginya kekuasaan seseorang, ia akan menjadi tulang yang busuk. Sedangkah huruf alif yang digores, itu artinya kita harus adil baik ke atas maupun ke bawah. Lurus seperti huruf alif. Dan bila saya tidak mampu menegakkan keadilan, khalifah tidak segan-segan memenggal kepala saya!” jelas sang gubernur.
“Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh, saya rela menyerahkan tanah dan gubuk itu. Dan bimbinglah saya dalam memahami ajaran Islam!” tutur si kakek itu dengan mata berkaca-kaca.

Pengemis Buta dan Kemuliaan Rasulullah S.A.W

Banyak kita temui di dunia maya/internet kisah tentang “Rasulullah Dan Seorang Pengemis Yahudi Buta”, bahkan kisah itu sudah sangat masyur karena telah dipublikasikan oleh salah satu situs media dakwah Islam sejak tahun 2010, bahkan saya lihat ada salah satu blog yang sudah memposting sejak tahun 2008. Terlebih lagi saya dengar dari teman bahwa kisah ini pernah dibawakan oleh salah satu Ustadz di acara di sebuah stasiun TV swasta nasional.
Apakah kisah ini benar adanya? apakah hadits yang menjadi rujukan kisah ini ada?
Ternyata setelah dicari-cari kami TIDAK menemukan kisah itu didalam salah satu kitab hadits para Imam dan ulama ahli hadits yang bisa dipercaya, alias kisah itu adalah cerita fiksi yang bersumber dari hadits PALSU. (hadits=berita tentang ucapan dan perbuatan Rasulullah SAW)
Memang sepintas hadits ini berisikan tentang kemuliaan akhlak Rasulullah Muhammad SAW, tetapi ada misi tertentu yang mungkin sengaja ingin disebarkan oleh si pengarang hadits/kisah itu. Yang kami tangkap salah satu misinya adalah agar kita lebih bisa bertoleransi atau bermesra-mesra kepada ummat non-muslim khususnya yahud.
Untuk lebih jelasnya kami akan ungkapkan kepalsuaan kisah/hadits tersebut.
Kecacatannya :
1.      Kisah tersebut tidak jelas Sanad-nya, sumbernya tidak ada, perawi tidak ada, derajat hadits-nya juga tidak jelas, dan tidak akan kita temukan di kitab-kitab para ahli hadits.
2.      Tertulis di kisah itu bahwa kejadian itu terjadi di Madinah pada masa akhir kehidupan Rasulullah SAW, padahal kita ketahui bahwa masa itu Madinah telah lama dikuasai oleh Umat Muslim, dan Rasulullah SAW sebagai pimpinannya. Jadi tidak mungkin seorang Yahudi secara terang-terangan menghina Rasulllah SAW di depan orang banyak/pasar.
3.      Matannya bertentangan dengan firman Allah SWT  di Al-Qur’an Surat Al-Fath 29: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, . . .” (QS. Al-Fath: 29)
4.      Matannya bertentangan dengan firman Allah SWT  di Al-Qur’an Surat Al-Maidah 54: “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” (QS. Al-Maidah: 54)
5.      Matannya bertentangan dengan hadits yg lebih kuat tentang Ka’ab bi Asyraf, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang bersedia membunuh Ka’ab al-Asyraf untuk saya.”Muhammad bin Maslamah saudara Bani Abdul al-Asyhal berkata, “Saya bersedia melakukannya untuk anda ya Rasulullah. Saya akan membunuhnya.” Beliau berkata, “Lakukanlah jika engkau mampu.” Ia berkata, “Ya Rasulullah, kita mesti mengatakan.” Beliau berkata, “Katakanlah oleh kalian, ‘Apa yang tampak bagi kalian, kalian bebas dalam hal itu.’ (Ket : Dikeluarkan al-Bukhari hadits no.2510, 3031, 3032. dalam kitab ringkasannya hadis no.4037. Muslim hadits no.1801 dari hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu. Barangsiapa yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kisah Ka’ab bin al-Asyraf dapat merujuk kitab “Al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu katsir, jilid IV/6-10. Fathul Bari (V/169), (VI/184-185) dan (VII/ 390-395). Syarah Muslim an-Nawai (XII/403) dan kitab rujukan lainnya.
6.      Matannya bertentangan dengan hadits yg lebih kuat yang Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, beliau menuturkan, pernah ada seorang lelaki buta memiliki seorang budak wanita, dan budak ini mengandung anaknya. Ia sering sekali mencaci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mencelanya. Lelaki tadi melarangnya, namun wanita tersebut tidak mau berhenti; dan dia mencegahnya, namun budak wanita tadi tidak bisa dicegah. Kemudian pada suatu malam wanita tadi mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mencacinya. Maka si lelaki tadi mengambil Mighwal (pedang tipis) dan meletakkannya di atas perut wanita tadi, lalu menindihnya sehingga dia terbunuh. Tapi bersamaan dengan kematiannya, bayi yang ia kandung keluar dari kedua selangkangan kakinya. Farji perempuan itu penuh dengan darah. Esoknya, kejadian itu disampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau mengumpulkan para sahabatnya dan bersabda, “Aku bersumpah kepada Allah untuk mencari lelaki yang telah melakukan apa yang dilakukannya, dan aku berkewajiban untuk menghukumnya, kecuali jika dia memberikan hujjah.” Kemudian seorang lelaki buta datang dan berjalan melewati orang-orang dengan badan gemetar sehingga ia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sejenak dia berkata, “Ya Rasulullah, aku-lah pemilik budak itu. Dia selalu mencaci dan mencelamu. Telah kularang dia, tapi tetap saja dia tidak mau berhenti. Dan telah kucegah dia, tapi dia tidak dapat dicegah. Aku memiliki dua orang anak dari hubunganku dengannya seperti dau buah permata, dan dia pun sangat sayang padaku. Namun semalam, dia kembali mencaci dan mencelamu. Lalu kuambil pedang dan kuletakkan di atas perutnya. Kemudian kutindih dia sehingga dia mati terbunuh.” Mendengar kesaksiannya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Saksikanlah oleh kalian semua bahwa darahnya tumpah sia-sia.” (HR. An-Nasa’i dan Abu Dawud)
7.      Matannya bertentangan dengan hadits yg lebih kuat: Ibnu ‘Abbas berkata, “Seorang wanita dari kabilah Khathamah, bernama Asma’ binti Marwan, mengejek nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  melalui syairnya. Mendengar ejekan tadi, Nabi berkata kepada para sahabatnya,“Siapa yang siap menyelesaikan urusan wanita itu untukku?” Seorang lelaki bernama Umair bin Adi bin Al-Khatami berdiri, “saya” Lalu ia pergi mencari wanita tadi dan lalu membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan melaporkan kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam. Beliaupun kemudia bersabda, “Kambing betina sudah tidak bisa lagi menanduk.” Umair lalu menuturkan, “Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpaling kepada para sahabat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian berkata, “Apabila kalian ingin melihat seorang lelaki yang menolong Allah dan Rasul-Nya secara diam-diam dan tidak diketahui orang, maka lihatlah kepada Umair bin Adi.” (Disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dalam Ash-Sharim Al-Maslul, hlm. 95)
8.      Selain itu artikel itu di akhir cerita menceritakan bahwa Abu Abu Bakar Ash-shidiq berbohong, apakah bisa dipercaya orang se-level Abu Bakar Ash-shidiq r.a berbohong? lihat penggalan kisah itu: Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.” “Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.” Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”
Demikian penjelasan singkat ana, Wallahu’alam bishawab
Wassalamu’alaikum Wr Wb

Sumber : Pengemis Buta dan kemuliaan Akhlaq Rasulullah S. A. W

Perang Al Ahzab atau Khandaq [Syurga di bawah bayang bayang Pedang]

http://daulahislam.com/wp-content/uploads/2013/09/perang-khandaq.jpg
Al-Bara’ r.a. berkata: Aku telah melihat Nabi saw. ketika perang Khandaq memindahkan tanah sehingga debu tanah itu telah menutupi putih rambutnya sambil bersabda: “Lau laa anta mah tadainaa wa laa tashad daqnaa walaa shallainaa fa anzilan sakinatan alainaa wa tsabbitil aqdaama in laa qainaa innal ula qad baghau alainaa idza araa du fitnatan abainaa.“ ;
Andaikan tidak karena petunjuk hidayat-Mu kami takkan dapat petunjuk, tidak akan shadaqah dan shalat. Karena itu turunkan ketenangan kepada kami, dan teguhkan tapak kami jika berhadapan dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang yang berlaku zalim/aniaya jika mereka akan menggelincirkan kami, kami tolak. (Bukhari, Muslim).
Ikhwan fillah, hari ini, sekali lagi untuk kesekian ribu kalinya, kita saksikan kebiadaban Israel laknatullah. Suasana pengepungan Gaza, barangkali boleh diasosiasikan dengan pengepungan madinah saat perang Ahzab atau lebih dikenal dengan perang Khandaq.
Saudaraku, walaupun tidak sama persis sesungguhnya apa yang dialami oleh rakyat Gaza dewasa ini mirip dengan kondisi para sahabat saat perang Ahzab. Bangsa Palestina Gaza di bawah kepemimpinan Hamas menghadapi pengepungan pasukan Yahudi Zionis Israel. Selama berbulan-bulan Muslimin Gaza telah dipenjara dengan diberlakukannya blokade atas segenap perbatasan wilayah mereka.
Dalam keadaan seperti ini kita teringat sabda Nabi kepada para sahabat ketika menghadapi kepungan Musyrikin dalam perang Ahzab. Beliau bersabda sebagai berikut:
“Demi Allah yang nyawaku berada di tangan-Nya, Allah pasti akan mengeluarkan kalian dari kesulitan yang sedang kalian hadapi. Aku berharap dapat melakukan tawaf dengan aman di sekitar Baitullah (Ka’bah) dan Allah akan menyerahkan kunci-kuncinya kepadaku. Allah pasti akan membinasakan Kisra dan Kaisar, dan harta karun mereka akan kita belanjakan di jalan Allah.” (HR Baihaqy 1292)
Saudaraku, sungguh hati kita menjadi pilu karena hanya bisa menonton lewat layar kaca penderitaan yang dilalui saudara-saudara kita di Gaza. Malam demi malam mereka lalui dengan mencekam karena bertalu-talunya suara dentuman mortir dan rudal Israel. Sebagai pengamat dari kejauhan sungguh tidak banyak yang bisa kita lakukan.
Tetapi satu hal yang pasti sebagai sesama orang beriman kita senantiasa optimis bahwa Allah akan menolong saudara-saudara kita orang-orang beriman dan para Mujahidin Gaza. Maka marilah mulai malam ini kita sampaikan doa untuk mereka. Marilah kita bacakan doa yang Nabi baca ketika kepungan pasukan Ahzab sudah sedemikian rupa menimbulkan ketegangan di dalam barisan kaum Muslimin. Inilah doa beliau sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhary :
“Sesungguhnya Rasulullah pada sebagian harinya ketika berhadapan dengan musuh menunggu terbenamnya matahari. Kemudian beliau tampil di hadapan para sahabat dan bersabda: ”Wahai manusia, janganlah kalian berangan-angan ingin segera berjumpa dengan musush. Mohonlah kepada Allah keselamatan. Dan bila kalian berhadapan dengan musuh, maka bersabarlah. Dan ketahulaih bahwa surga berada di bawah bayang-bayang pedang.” Kemudian Nabi berdiri dan berdoa: ”Allahumma munzilal-kitab wa mujriyas-sahab wa hazimal-ahzab, ahzimhum wanshurnaa ’alaihim” (Ya Allah, yang menurunkan Kitab, menggerakkan awan dan menghancurkan pasukan bersekutu, hancurkanlah mereka dan tolonglah kami mengalahkan mereka.” (HR Muslim 3276)
Nabi berdoa pada saat perang Ahzab menghadapi (kepungan) Musyrikin: “Allahumma munzilal-Kitab, sari’al hisab. Allahummahzim Al-Ahzab, Allahummahzimhum wa zalzilhum.” (Ya Allah, yang menurunkan Kitab, cepat perhitungannya. Ya Allah hancurkanlah pasukan bersekutu. Ya Allah, hancurkanlah mereka dan porak-porandakanlah mereka).

Tangis Rasulallah dimalam Perang Badar

http://daulahislam.com/wp-content/uploads/2013/09/perang-badar1.jpg
“Jibril telah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan berkata kepada beliau,”Dengan apa kalian menyebut orang-orang yang berjuang di perang Badar ini?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Mereka adalah orang muslim terbaik.” Maka, Jibril berkata, “Begitu pula dengan malaikat yang ikut serta dalam perang Badar ini. Mereka termasuk muslim terbaik.”
DETIK-detik Perang Badar. Diketahui jumlah kekuatan kaum muslimin saat perang tersebut hanya sekitar 313 sampai 317 orang. Mereka terdiri dari kaum Muhajirin 82 atau 86 orang, Bani Aus 61 orang, dan kalangan Khazraj 170 orang. Mereka berja­lan dengan hanya membawa 2 kuda dan 70 unta. Maka, setiap dua orang atau tiga saling bergantian dalam mengendarai satu unta.
Sangat berbeda jauh dengan jumlah yang di miliki oleh kaum kafir Qurais, Jumlah mereka mencapai 1.300 orang. Mereka membawa 100 tentara berkuda, 600 tentara berbaju besi, dan sejumlah unta yang sangat banyak jumlahnya. Pasukan bangsa Quraisy ini dipimpin oleh Abu Jahal.
Sa’ad ibn Muadz-pembawa bendera Anshar-pun saat itu angkat suara. Maka, ia pun segera bangkit dan berkata, “Demi Allah, Kami telah beriman kepadamu, sehingga kami akan selalu membenarkanmu. Dan kami bersaksi bahwa ajaran yang engkau bawa adalah benar. Karena itu, kami berjanji untuk selalu mentaati dan mendengarkan perintahmu. Berangkatlah wahai Rasululah Shalallahu ‘alaihi wasallam, jika itu yang engkau kehendaki. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan nilai-nilai kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu.
“Sungguh, tidak akan ada satu pun tentara kami yang akan tertinggal dan kami tidak takut sedikit pun kalau memang engkau memper­temukan kami dengan musuh-musuh kami esok hari. Sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang terbiasa hidup dalam peperangan dan melakukan pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu berbagai hal dari kami yang dapat memberikan kebahagiaan bagimu. Maka, marilah kita berjalan menuju berkah Allah.”
Ibnu Katsir rahimahullah menggambarkan keadaan Nabi saw pada malam perang badar. “Pada waktu malam perang badar , Rasulullah saw melakukan shalat di dekat sebatang pohon. Dalam sujudnya beliau memperbanyak, ‘Ya Hayuu, Ya Qayum.’ Beliau mengulang-ngulangi ucapan itu , dan menekuni sholat tahajud sambil menangis dan berdoa terus menerus sampai pagi, dalam doanya Beliau berkata; ‘Ya Allah aku mengingatkan-Mu akan janji-Mu, Ya Allah jangan Engkau meninggalkanku, Ya Allah jangan Engkau membiarkanku, Ya Allah jangan Engkau menyianyiakanku. Ya Allah ini adalah orang Qurais, mereka telah datang dengan kesombongan mereka. Mereka telah menentang dan menuduh bohong utusan-Mu. Ya Allah mana pertolongan-Mu yang Engkau janjikan.’ Beliau berdoa hingga jubahnya terjatuh.
“Datanglah Abu Bakar sahabat yang selalu menemaninya dikala suka dan duka, Sahabat yang menemani Rasulullah ketika di kejar bala tentara musuh di gua Tsur. Sahabat yang memiliki hati yang begitu lembut, dengan air mata yang menetes ia mengambil jubah Rasulullah saw yang terjatuh kemudian mengembalikan ke pundaknya dan Beliau mengikuti di belakang Rasulullah saw. Dia berkata, “Wahai Nabi Allah cukup bagimu mengingatkan Tuhanmu akan janji-Nya. Karena Ia akan memberikan kepadamu apa yang Ia janjikan. Maka Allah swt menurunkan firman-Nya,” Agar Allah swt menetapkan yang hak ( Islam ) dan membatalkan yang batil ( syirik ) walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya.” ( QS; Al-Anfal : 9 ). Allah pun menolongnya dengan mengirim malaikat-Nya dalam perang Badar.”

Abu Dujanah R.A, Sang Pemilik Ikat Kepala Merah

http://daulahislam.com/wp-content/uploads/2013/10/ABU-DUJANA.jpg
 Kisah Samak bin Kharasyah, atau lebih dikenal dengan nama Abu Dujanah adalah seorang sahabat Anshar. Pada perang Uhud,  diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dalam kitabnya “al-Sirat al-Nabawiyyah”.
“Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam bersabda, “siapa yang akan mengambil pedang ini (dariku) dengan haknya ?”. Sesaat tidak ada yang menjawab, Zubair bin Awwam menyanggupinya, tetapi beliau tidak mau memberikan pedang itu kepadanya, bahkan beliau mengulangi lagi pertanyaannya. Abu Dujanah bangkit dan menghampiri Nabi, ia berkata, “Ya Rasulullah, saya akan mempergunakannya dengan haknya. Apakah haknya tersebut?”.
Zubair bin Awwam berkata, “Ketika aku minta pedang itu kepada Rasulullah dan beliau tidak memberikannya kepadaku, akan tetapi beliau memberikan kepada Abu Dujanah, aku berkata dalam hati aku adalah anak Shafiyyah, bibi Rasulullah, dan aku dari Quraisy, dan aku sudah meminta pedang itu kepada beliau sebelum Abu Dujanah, tetapi beliau malah memberikannya kepada Abu Dujanah, bukan kepadaku.
Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam bersabda, “engkau ayunkan ia kepada musuh sampai ia tersungkur”. Abu Dujanah pun berkata, “(kalau begitu) saya akan mengambilnya dengan hak tersebut”. Maka Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam pun memberikan kepada Abu Dujanah.
Maka tatkala Abu Dujanah ra meng.mbil pedang itu dari tangan Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam, ia pun mengeluarkan ikat kepala merah itu dan berjalan di tengah barisan pasukan dengan gaya keangkuhannya”. Ibnu Hisyam juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam ketika melihat gaya berjalan Abu Dujanah tersebut, bersabda :
“Sesungguhnya cara berjalan seperti itu dibenci oleh Allah kecuali dalam situasi (pertempuran) seperti ini” (yakni di medan jihad, karena akan memotivasi dan membangkitkan semangat jihad anggota pasukan lainnya)…”
Setelah menerima pedang tersebut, Abu Dujanah berangkat menyerang kaum musyrikin. Setiap orang yang berhadapan dengannya, dapat ditewaskannya. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan sekumpulan wanita, salah satu dari mereka adalah Hindun bin Utbah, yang berkata dengan nada angkuh, “Kami adalah anak-anak perempuan yang mulia, berjalan di atas bantal-bantal dan bau kasturi. Jika engkau menyerang, kami akan merangkul. Jika kamu berpaling, kami pun akan berpaling.”
Melihat sikapnya tersebut, Abu Dujanah akan menyerang Hindun, tetapi wanita itu berteriak minta tolong. Beberapa saat tidak ada yang datang menolong, Abu Dujanah-pun meninggalkan mereka. Anas bin Malik yang saat itu bersamanya merasa heran dan menanyakan mengapa ia tidak membunuh wanita tersebut. Ia berkata, “Ia menjerit minta tolong, dan tidak ada seorang pun yang menolongnya, karena itu aku tidak mau menggunakan pedang Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam untuk membunuh wanita yang tidak mempunyai penolong seorangpun.”
Sebelum perang, Rasulullah telah berpesan kepada kumpulan pemanah supaya tetep menjaga bagian belakang kaum muslimin dari serangan pihak musuh. Namun ketika kaum musyrikin mulai kalah dan mundur, kaum muslimin pada ketika itu seperti berada di ambang kemenangan. Pada ketika itulah, 40 orang dari kumpulan pemanah yang diamanahkan untuk menjaga di atas Bukit Uhud telah turun untuk mengumpul harta rampasan perang yang ditinggalkan kaum musyrikin mereka menyangka telah mencapai kemenangan.
 Tatkala kaum musyrikin melihat keadaan ini, mereka pun menyerang kaum muslimin dari arah belakang. Ketika itu, kaum muslimin berada di ambang bahaya karena terjepit diantara dua kumpulan kafir quraisy. Mereka pun  mampu mendekati Rasulullah s.a.w dan mencederakan baginda. Selepas itu, ramai diantara para sahabat yang hebat membentuk perisai atau benteng untuk mempertahankan baginda. Diantaranya ialah Abu Dujana. Beliau menerima banyak panahan dan tikaman tetapi sedikit pun tidak tergerak dari posisinya. Ini membuktikan betapa cintanya para sahabat kepada Rasulullah sehingga sanggup berbuat demikian.
Setelah  Rasulullah. wafat, di zaman Khulafa Ar-Rasyidin, ketika Abu Bakar memerintah, Abu Dujana mati syahid ketika menyerang pasukan Musailama al-Kadzhab yang merupakan pendusta yang menamakan dirinya rasul.

Bilal Bin Rabbah [Sang Muadzin Habasyi]

bilal bin rabah
Bilal bin Rabah (Bahasa Arab بلال بن رباح) adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia). Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).
Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.

Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.

Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.

Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.

Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.

Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.
Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”
Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”
Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah1 Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.
Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas.

Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”
Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”
Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”
Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”

Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih,
“Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti ,Aku bermalam di Fakh dikelilingi pohon idzkhir dan jalil, Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah ,Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil”

Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.

Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi. Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.

Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alashsholaati…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.

Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.

Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.

Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.
Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”. Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.

Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah..
Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”
AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”
Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”

Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”
Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan nafas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.

Sejak kepergian Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.
Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.

Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”
Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”
Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam wafat.”
Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Rodhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.
Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam..BiIal, “pengumandang seruan langit itu.”
Menjelang saat-saat kematiannya, pada saat itu Bilal berada di Damaskus. Istrinya berkata “Benar-benar suatu duka.” Tapi Bilal berkata “Tidak. Katakanlah: Benar-benar kebahagiaan, karena besok aku akan menemui Rasulullah Sallallahu A’alihi Wasallam. dan para sahabat.
Dapatkah kalian bayangkan, seberapa besar imannya? Dia sedang sekarat, tapi malah merasa senang karena dengan meninggalkan dunia, maka dia akan bertemu dengan Rasulullah. Karena Rasulullah S.A.W. bersabda “Dunia ini adalah penjara bagi orang-orang yang beriman, dan surga bagi orang-orang kafir.”
Kenapa dunia menjadi penjara bagi orang-orang beriman? Karena dunia menahan mereka dari bertemu Allah dan Rasul-Nya. Dan surga bagi orang-orang kafir karena hanya inilah yang mereka miliki.