Salman al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi saw
yang berasal dari Persia. Salman sengaja meninggalkan kampung halamannya
untuk mencari cahaya kebenaran. Kegigihannya berbuah hidayah Allah dan
pertemuan dengan Nabi Muhammad saw di kota Madinah. Beliau terkenal
dengan kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling
kota Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekah bersama pasukan sekutunya
datang menyerbu dalam perang Khandaq.
Pengepungan adalah "pertempuran kecerdasan", di mana para ahlik
taktik Muslim mengatasi lawan-lawan mereka, sementara jatuh korban
sangatlah sedikit. Upaya konfederasi untuk mengalahkan kaum Muslim
gagal, dan kekuatan Islam menjadi berpengaruh di wilayah tersebut.
Akibatnya, tentara Muslim mengepung sekitar Banu Qurayza, yang mengarah
ke penyerahan tanpa syarat mereka. Kekalahan itu menyebabkan Mekah
kehilangan perdagangan mereka dan sebagian besar adalah kehormatan harga
diri mereka.
Untuk melindungi Madinah dari serangan gabungan, maka dibuatlah parit
sebagai strategi berperang untuk menghindari serbuan langsung dari
pasukan Al-Ahzab Quraisy dan bani Nadir.
Strategi pembuatan parit di sela sela daerah yang tidak terlindungi
oleh pegunungan sebagai tempat perlindungan adalah strategi dari Salman sahabat
Rasulullah S.A.W,
sehingga perang ini disebut dengan pertempuran parit/khandaq. Sejatinya
strategi ini berasal dari Persia, yang dilakukan apabila mereka
terkepung atau takut dengan keberadaan pasukan berkuda.
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka
merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak
kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah
karena tidak berdaya menerobos kota.
Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang
menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu
Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung
mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita
kekalahan pahit ...
Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan
bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu.
Kebetulan di tempat penggalian Salman radhiyallahu 'anhu bersama
kawan-kawannya, tembilang mereka terbentur pada sebuah batu besar.
Salman radhiyallahu 'anhu seorang yang berperawakan kuat dan
bertenaga besar. Sekali ayun dari lengannya yang kuat akan dapat
membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan kecil. Tetapi
menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari
teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.
Salman radhiyallahu 'anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan minta idzin mengalihkan jalur parit dari garis
semula, untuk menghindari batu besar yang tak tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun pergi bersama Salman
radhiyallahu 'anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar
tadi. Dan setelah menyaksikannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat mundur dan
menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti....
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan
mengangkat kedua tangannya yang mulia yang sedang memegang erat
tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga dihunjamkannya ke batu besar
itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang besar
keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi. "Saya lihat lambaian api
itu menerangi pinggiran kota Madinah", kata Salman radhiyallahu 'anhu,
sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan takbir,
sabdanya:
Allah Maha Besar! aku telah dikaruniai kunci-kunci istana negeri
Persi, dan dari lambaian api tadi nampak olehku dengan nyata
istana-istana kerajaan Hirah begitu pun kota-kota maharaja Persi dan
bahwa ummatku akan menguasai semua itu.
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tembilang itu
kembali dan memukulkannya ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah
seperti semula tadi. Pecahan batu besar itu menyemburkan lambaian api
yang tinggi dan menerangi, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bertakbir sabdanya:
Allah Maha Besar! aku telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan
tampak nyata olehku istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan
menguasainya.
Kemudian dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun
menyerah pecah berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat
nyala dan terang temarang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun
mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin.
Lalu diceritakanlah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa
beliau sekarang melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria
maupun Shan'a, begitu pun di daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti
akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka dengan
keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak berseru: Inilah yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya .... Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.
Setelah meninggalnya Nabi Muhammad, ia dikirim untuk menjadi gubernur di daerah kelahirannya, hingga ia wafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar