Cari Blog Ini

Minggu, 10 Januari 2016

Abu Hudzaifah r.a

Abu Hudzaifah bin Utbah adalah putra tokoh Quraisy, Utbah bin Rabiah. Ia memeluk Islam ketika orangtua dan saudara-saudaranya gencar-gencarnya memusuhi Nabi SAW, yakni sebelum Nabi SAW berdakwah di rumah Arqam bin Abi Arqam. Ia menikah dengan putri tokoh Quraisy juga, yakni Sahlan binti Suhail bin Amr, yang juga telah memeluk Islam ketika orangtuanya gencar memusuhi Islam. Mereka berdua sempat berhijrah ke Habasyah sampai dua kali karena kerasnya tekanan dan permusuhan dari kaum Quraisy, terutama orang tua mereka. 
Abu Hudzaifah termasuk Ahlu Badar, sementara itu orang tua dan saudara-saudaranya terbunuh dalam perang ini, namun demikian ia tidak mendendam kepada Hamzah dan Ali yang telah membunuh mereka. Hanya ketika mayat ayahnya dilemparkan ke sumur Badar seperti mayat orang-orang kafir lainnya, tampak perubahan di wajahnya, sehingga Nabi SAW bersabda, "Wahai Abu Hudzaifah, tampaknya engkau sedih dengan keadaan ayahmu tersebut?" 
"Tidak, ya Rasulullah," Kata Abu Hudzaifah, "Aku tidak bimbang atas ayahku dan kematiannya, hanya saja aku pernah menyampaikan tentang kebenaran ini dan keutamaannya, sehingga aku berharap Allah memberinya hidayah kepada Islam."          
Perasaannya sempat bergolak, ketika sebelum dimulainya perang Badar, Nabi SAW berpesan agar mereka tidak membunuh Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi SAW yang berada di pihak kaum musyrik. Maka terlontarlah ucapannya yang emosional, "Kami berperang untuk membunuh ayah-ayah, saudara-saudara dan keluarga-keluarga kami, tetapi dilarang untuk membunuh Abbas!! Demi Allah, sekiranya aku menjumpainya, aku akan menebasnya dengan pedangku…"
Ucapannya ini disesalinya seumur hidup karena jelas telah menentang perintah Nabi SAW, dan itu membuatnya begitu semangat berjuang untuk memperoleh syahid sebagai tebusan ucapannya tersebut. Untungnya ia tidak bertemu dengan Abbas pada perang Badar tersebut, yang ternyata tertawan oleh seorang sahabat Anshar dan menyerahkannya kepada Nabi SAW.
            Ketika hijrah ke Madinah Nabi SAW mempersaudarakannya dengan Abbad bin Bisyr. Dan Abu Hudzaifah syahid di peperangan Yamamah bersama mantan budaknya, Salim di masa khalifah Abu Bakar, yakni pertempuran dalam rangka menumpas nabi palsu, Musailamah al Kadzdzab.

Abdullah bin Mas'ud r.a (Sahabat Rahasia Rasulullah)

Tak berapa lama setelah memeluk Islam, Abdullah bin Mas'ud mendatangi Rasulullah dan memohon kepada beliau agar diterima menjadi pelayan beliau. Rasulullah pun menyetujuinya.

Sejak hari itu, Abdullah bin Mas'ud tinggal di rumah Rasulullah. Dia beralih pekerjaan dari penggembala domba menjadi pelayan utusan Allah dan pemimpin umat. Abdullah bin Mas'ud senantiasa mendampingi Rasulullah bagaikan layang-layang dan benangnya. Dia selalu menyertai kemana pun beliau pergi.


Dia membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk mandi, mengambilkan terompah apabila beliau hendak pergi dan membenahinya apabila beliau pulang. Dia membawakan tongkat dan siwak Rasulullah, menutupkan pintu kamar apabila beliau hendak tidur.

Bahkan Rasulullah mengizinkan Abdullah memasuki kamar beliau jika perlu. Beliau memercayakan kepadanya hal-hal yang rahasia, tanpa khawatir rahasia tersebut akan terbuka. Karenanya, Abdullah bin Mas'ud dijuluki orang dengan sebutan "Shahibus Sirri Rasulullah" (pemegang rahasia Rasulullah).

Abdullah bin Mas'ud dibesarkan dan dididik dengan sempurna dalam rumah tangga Rasulullah. Karena itu tidak kalau dia menjadi seorang yang terpelajar, berakhlak tinggi, sesuai dengan karakter dan sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah kepadanya. Sampai-sampai orang mengatakan, karakter dan akhlak Abdullah bin Mas'ud paling mirip dengan akhlak Rasulullah.

Abdullah bin Mas'ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabullah (Al-Qur'an) sebagai berikut, "Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur'an, melainkan aku tahu di mana dan dalam situasi bagaimana diturunkan. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada aku, niscaya aku datang belajar kepadanya."

Abdullah bin Mas'ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Kisah Umar bin Al-Khathab berikut memperkuat ucapannya. Pada suatu malam, Khalifah Umar sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan sebuah kabilah. Malam sangat gelap bagai tertutup tenda, menutupi pandangan setiap pengendara. Abdullah bin Mas'ud berada dalam kabilah tersebut. Khalifah Umar memerintahkan seorang pengawal agar menanyai kabilah.

"Hai kabilah, dari mana kalian?" teriak pengawal.

"Min fajjil 'amiq (dari lembah nan dalam)," jawab Abdullah.

"Hendak kemana kalian?"

"Ke Baitu Atiq (rumah tua, Ka'bah)," jawab Abdullah.

"Di antara mereka pasti ada orang alim," kata Umar.

Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, "Ayat Al-Qur'an manakah yang paling ampuh?"

Abdullah menjawab, "Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak pula tidur..." (QS Al-Baqarah: 255).

"Tanyakan pula kepada mereka, ayat Al-Qur'an manakah yang lebih kuat hukumnya?" kata Umar memerintah.

Abdullah menjawab, "Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS An-Nahl: 9).

"Tanyakan kepada mereka, ayat Al-Qur'an manakah yang mencakup semuanya!" perintah Umar.

Abdullah menjawab, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula." (QS Al-Zalzalah: 8).

Demikian seterusnya, ketika Umar memerintahkan pengawal untuk bertanya tentang Al-Qur'an, Abdullah bin Mas'ud langsung menjawabnya dengan tegas dan tepat. Hingga pada akhirnya Khalifah Umar bertanya, "Adakah dalam kabilah kalian Abdullah bin Mas'ud?"

Jawab mereka, "Ya, ada!"

Abdullah bin Mas'ud bukan hanya sekedar qari' (ahli baca Al-Qur'an) terbaik, atau seorang yang sangat alim atau zuhud, namun ia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka. Dia tercatat sebagai Muslim pertama yang mengumandangkan Al-Qur'an dengan suara merdu dan lantang.

Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah. Mereka berkata, "Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?"

"Aku sanggup membacakannya kepada mereka dengan suara keras," kata Abdullah.

"Tidak, jangan kamu! Kami khawatir kalau kamu membacakannya. Hendaknya seseorang yang punya keluarga yang dapat membela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy," jawab mereka.

"Biarlah, aku saja. Allah pasti melindungiku," kata Abdullah tak gentar.

Keesokan harinya, kira-kira waktu Dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk di sekitar Ka'Baha Ad-Daulah. Abdullah bin Mas'ud berdiri di Maqam Ibrahim, lalu dengan suara lantang dan merdu dibacanya surah Ar-Rahman ayat 1-4.

Bacaan Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka'bah. Mereka terkesima saat mendengar dan merenungkan ayat-ayat Allah yang dibaca Abdullah. Kemudian mereka bertanya, "Apakah yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Mas'ud)?"

"Sialan, dia membaca ayat-ayat yang dibawa Muhammad!" kata mereka begitu tersadar. Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli Abdullah. Namun Abdullah bin Mas'ud meneruskan bacaannya hingga akhir surah. Ia lalu pulang menemui para sahabat dengan muka babak belur dan berdarah.

"Inilah yang kami khawatirkan terhadapmu," kata mereka.

"Demi Allah." kata Abdullah, "Bahkan sekarang musuh-musuh Allah itu semakin kecil di mataku. Jika kalian menghendaki, besok pagi aku akan baca lagi di hadapan mereka."

Abdullah bin Mas'ud hidup hingga masa Khalifah Utsman bin Affan memerintah. Ketika ia hampir meninggal dunia, Khalifah Utsman datang menjenguknya. "Sakit apakah yang kau rasakan, wahai Abdullah?" tanya khalifah.

"Dosa-dosaku," jawab Abdullah.

"Apa yang kau inginkan?"

"Rahmat Tuhanku."

"Tidakkah kau ingin supaya kusuruh orang membawa gaji-gajimu yang tidak pernah kau ambil selama beberapa tahun?" tanya Khalifah.

"Aku tidak membutuhkannya," kata Abdullah.

"Bukankah kau mempunyai anak-anak yang harus hidup layak sepeninggalmu?" tanya Utsman.

"Aku tidak khawatir." jawab Abdullah, "Aku menyuruh mereka membaca surah Al-Waqi'ah setiap malam. Karena aku mendengar Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang membaca surah Al-Waqi'ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya!"

Pada suatu malam yang hening, Abdullah bin Mas'ud pun berangkat menghadap Tuhannya dengan tenang.



Sumber : Kisah Abdullah bin Mas'ud

Usamah bin Zaid r.a (Panglima Termuda kesayangan Rasulullah SAW)

Kita sekarang kembali ke Mekah, tahun ketujuh sebelum hijrah. Ketika itu Rasulullah saw. sedang susah karena tindakan kaum Qurasy yang menyakiti beliau dan para sahabat. Kesulitan dan kesusahan berdakwah menyebabkan beliau senantiasa harus bersabar. Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba seberkas cahaya memancar memberikan hiburan yang menggembirakan. Seorang pembawa berita mengabarkan kepada beliau, “Ummu Aiman melahirkan seorang bayi laki-laki.” Wajah Rasulullah berseri-seri karena gembira menyambut berita tersebut.

Siapakah bayi itu? Sehingga, kelahirannya dapat mengobati hati Rasulullah yang sedang duka, berubah menjadi gembira ? Itulah dia, Usamah bin Zaid.



Orangtua Usamah
Para sahabat tidak merasa aneh bila Rasulullah bersuka-cita dengan kelahiran bayi yang baru itu. Karena, mereka mengetahui kedudukan kedua orang tuanya di sisi Rasulullah. Ibu bayi tersebut seorang wanita Habsyi yang diberkati, terkenal dengan panggilan “Ummu Aiman”. Sesungguhnya Ummu Aiman adalah bekas sahaya ibunda Rasulullah Aminah binti Wahab. Dialah yang mengasuh Rasulullah waktu kecil, selagi ibundanya masih hidup. Dia pulalah yang merawat sesudah ibunda wafat. Karena itu, dalam kehidupan Rasulullah, beliau hampir tidak mengenal ibunda yang mulia, selain Ummu Aiman

Rasulullah menyayangi Ummu Aiman, sebagaimana layaknya sayangnya seroang anak kepada ibunya. Beliau sering berucap, “Ummu Aiman adalah ibuku satu-satunya sesudah ibunda yang mulia wafat, dan satu-satunya keluargaku yang masih ada.” Itulah ibu bayi yang beruntung ini.
Adapun bapaknya adalah kesayangan ) Rasulullah, Zaid bin Haritsah. Rasulullah pernah mengangkat Zaid sebagai anak angkatnya sebelum ia memeluk Islam. Dia menjadi sahabat beliau dan tempat mempercayakan segala rahasia. Dia menjadi salah seorang anggota keluarga dalam rumah tangga beliau dan orang yang sangat dikasihi dalam Islam.

Kegembiraan Kaum Muslimin dan Sayangnya Rasulullah SAW kepada Usamah
Kaum muslimin turut bergembira dengan kelahiran Usamah bin Zaid, melebihi kegembiraan meraka atas kelahiran bayi-bayi lainnya. Hal itu bisa terjadi karena tiap-tiap sesuatu yang disukai Rasulullah juga mereka sukai. Bila beliau bergembira mereka pun turut bergembira. Bayi yang sangat beruntung itu mereka panggil “Al-Hibb wa Ibnil Hibb” (kesayangan anak kesayangan).

Kaum muslimin tidak berlebih-lebihan memanggil Usamah yang masih bayi itu dengap panggilan tersebut. Karena, Rasulullah memang sangat menyayangi Usamah sehingga dunia seluruhnya agaknya iri hati. Usamah sebaya dengan cucu Rasulullah, Hasan bin Fatimah az-Zahra.

Hasan berkulit putih tampan bagaikan bunga yang mengagumkan. Dia sangat mirip dengan kakeknya, Rasulullah saw. Usamah kulitnya hitam, hidungnya pesek, sangat mirip dengan ibunya wanita Habsyi. Namun, kasih sayang Rasulullah kepada keduanya tiada berbeda. Beliau sering mengambil Usamah, lalu meletakkan di salah satu pahanya. Kemudian, diambilnya pula Hasan, dan diletakkannya di paha yang satunya lagi. Kemudian, kedua anak itu dirangkul bersama-sama ke dadanya, seraya berkata, “Wahai Allah, saya menyayangi kedua anak ini, maka sayangi pulalah mereka!”

Begitu sayangnya Rasulullah kepada Usamah, pada suatu kali Usamah tersandung pintu sehingga keningnya luka dan berdarah. Rasulullah menyuruh Aisyah membersihkan darah dari luka Usamah, tetapi tidak mampu melakukannya. Karena itu, beliau berdiri mendapatkan Usamah, lalu beliau isap darah yang keluar dari lukanya dan ludahkan. Sesudah itu, beliau bujuk Usamah dengan kata-kata manis yang menyenangkan hingga hatinya merasa tenteram kembali.

Sebagaimana Rasulullah menyayangi Usamah waktu kecil, tatkala sudah besar beliau juga tetap menyayanginya. Hakim bin Hazam, seorang pemimpin Qurasy, pernah menghadiahkan pakaian mahal kepada Rasulullah. Hakam membeli pakaian itu di Yaman dengan harga lima puluh dinar emas dari Yazan, seorang pembesar Yaman. Rasulullah enggan menerima hadiah dari Hakam, sebab ketika itu dia masih musyrik. Lalu, pakaian itu dibeli oleh beliau dan hanya dipakainya sekali ketika hari Jumat. Pakaian itu kemudian diberikan kepada Usamah. Usamah senantiasa memakainya pagi dan petang di tengah-tengah para pemuda Muhajirin dan Anshar sebayanya.

 Sejak Usamah meningkat remaja, sifat-sifat dan pekerti yang mulia sudah kelihatan pada dirinya, yang memang pantas menjadikannya sebagai kesayangan Rasulullah. Dia cerdik dan pintar, bijaksana dan pandai, takwa dan wara. Ia senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan tercela.

Dikisahkan bahwasanya pada suatu hari, terjadilah pencurian dimana pelakunya adalah seorang wanita ternama dari bangsa Quraisy, maka kaum Quraisy pun terlena, apa yang semestinya diputuskan terhadap wanita tersebut sedangkan hukuman untuk pencuri adalah potong tangan, kemudian mereka ingin menanyakan hal ini kepada Rasulullah SAW namun ketidak beranian yang mereka miliki membuat mereka mundur langkah dan maju langkah. hingga terbesitlah dihati salah satu diantara mereka bahwasanya orang yang paling berani untuk menanyakan hal ini adalah Usamah, karena dia adalah orang yang paling dekat dan paling dikasihi oleh rasulullah saw.

Dengan segera mereka menemuinya dan memintanya agar meminta keringanan kepada rasulullah saw terhadap wanita terseut. Ketika Usamah menceritakan hal ini kepada rasulullah saw, maka Rasulullah bersabda:
"Janganlah engkau meminta keringanan dalam masalah hukum agama, sesungguhnya bangsa-bangsa terdahulu binasa karena hal itu, bila diantara mereka orang bangsawan mencuri maka mereka mengampuninya dan bila orang miskin yang mencuri maka ditegakkan hukum sebaik-baiknya dan sesungguhnya bila Fatimah Binti Muhammad mencuri niscaya saya akan memotong tangannya."
Usamah Dalam Perang Uhud
Waktu terjadi Perang Uhud, Usamah bin Zaid datang ke hadapan Rasulullah saw. beserta serombongan anak-anak sebayanya, putra-putra para sahabat. Mereka ingin turut jihad fi sabilillah. Sebagian mereka diterima Rasulullah dan sebagian lagi ditolak karena usianya masih sangat muda. Usamah bin Zaid teramasuk kelompok anak-anak yang tidak diterima. Karena itu, Usama pulang sambil menangis. Dia sangat sedih karena tidak diperkenankan turut berperang di bawah bendera Rasulullah.

Usamah Dalam Perang Khandaq
Dalam Perang Khandaq, Usamah bin Zaid datang pula bersama kawan-kawan remaja, putra para sahabat. Usamah berdiri tegap di hadapan Rasulullah supaya kelihatan lebih tinggi, agar beliau memperkenankannya turut berperang. Rasulullah kasihan melihat Usamah yang keras hati ingin turut berperang. Karena itu, beliau mengizinkannya, Usamah pergi berperang menyandang pedang, jihad fi sabilillah. Ketika itu dia baru berusia lima belas tahun.

Usamah Dalam Perang Hunain
Ketika terjadi Perang Hunain, tentara muslimin terdesak sehingga barisannya menjadi kacau balau. Tetapi, Usamah bin Zaid tetap bertahan bersama-sama dengan ‘Abbas (paman Rasulullah), Sufyan bin Harits (anak paman Usamah), dan enam orang lainnya dari para sahabat yang mulia. Dengah kelompok kecil ini, Rasulullah berhasil mengembalikan kekalahan para sahabatnya menjadi kemenangan. Beliau berhasil menyelematkan kaum muslimin yang lari dari kejaran kaum musyrikin.

Usamah Dalam Perang Mu’tah
Dalam Perang Mu’tah, Usamah turut berperang di bawah komando ayahnya, Zaid bin Haritsah. Ketika itu umurnya kira-kira delapan belas tahun. Usamah menyaksikan dengan mata kepala sendiri tatkala ayahnya tewas di medan tempur sebagai syuhada. Tetapi, Usamah tidak takut dan tidak pula mundur. Bahkan, dia terus bertempur dengan gigih di bawah komando Ja’far bin Abi Thalib hingga Ja’far syahid di hadapan matanya pula. Usamah menyerbu di bawah komando Abdullah bin Rawahah hingga pahlawan ini gugur pula menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid. Kemudian, komando dipegang oleh Khalid bin Walid. Usamah bertempur di bawah komando Khalid. Dengan jumlah tentara yang tinggal sedikit, kaum muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman tentara Rum.
Seusai peperangan, Usamah kembali ke Madinah dengan menyerahkan kematian ayahnya kepada Allah SWT. Jasad ayahnya ditinggalkan di bumi Syam (Syiria) dengan mengenang segala kebaikan almarhum.

Pengangkatan Usamah dalam Perang Melawan Romawi
Ketika Islam berjaya pada masa Rasulullah di Arab. Dengan suka rela, setiap insan yang mendengar seruan kalimat laa ilaha illallalah Muhammadur Rasulullah berbondong-bondong menyambutnya. Wajah-wajah kusut yang semula diselimuti kabut kemusyrikan menjadi cerah disinari pancaran cahaya Ilahi. Tidak ketinggalan juga Farwah bin Umar Al-Judzami, kepala daerah Ma’an dan sekitarnya yang diangkat Kaisar Romawi. Mengetahui hal itu, para penguasa Romawi marah dan mereka segera menangkap Farwah dan menjebloskannya ke penjara. Selanjutnya, ia dibunuh dan kepalanya dipancung, lalu diletakkan di sebuah mata air bernama Arfa’ di Palestina. Mayatnya disalib untuk menakut-nakuti para penduduk agar tidak mengikuti jejaknya.

Mendengar desas-desus yang seolah menyepelekan kemampuan Usamah itu, Umar bin Khatthab segera menemui Rasulullah. Beliau sangat marah, lalu bergegas mengambil sorbannya dan keluar menemui para sahabat yang tengah berkumpul di Masjid Nabawi. Setelah memuji Allah dan mengucapkan syukur, beliau bersabda,
“Wahai sekalian manusia, saya mendengar pembicaraan mengenai pengangkatan Usamah, demi Allah, seandainya kalian menyangsikan kepemimpinannya, berarti kalian menyangsikan juga kepemimpinan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Demi Allah, Zaid sangat pantas memegang kepemimpinan, begitu juga dengan putranya, Usamah. Kalau ayahnya sangat saya kasihi, maka putranya pun demikian. Mereka adalah orang yang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga adalah sebaik-baik manusia di antara kalian.”
Pada tahun kesebelas hijriah Rasulullah menurunkan perintah agar menyiapkan bala tentara untuk memerangi pasukan Rum. Dalam pasukan itu terdapat antara lain Abu Bakar Shidiq, Umar bin Khattab, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lain-lain sahabat yang tua-tua.

Rasulullah mengangkat Usamah bin Zaid yang muda remaja menjadi panglima seluruh pasukan yang akan diberangkatkan. Ketika itu usia Usamah belum melebihi dua puluh tahun. Beliau memerintahkan Usamah supaya berhenti di Balqa’ dan Qal’atut Daarum dekat Gazzah, termasuk wilayah kekuasaan Rum.

Setelah itu, beliau turun dari mimbar dan masuk ke rumahnya. Kaum muslimin pun beradatangan hendak berangkat bersama pasukan Usamah. Mereka menemui Rasulullah yang saat itu dalam keadaan sakit.

 Diantara mereka terdapat Ummu Aiman, ibu Usamah. “Wahai Rasulullah bukankah lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu sebentar di perkemahannya sampai engkau merasa sehat. Jika dipaksa berangkat sekarang, tentu dia tidak akan merasa tenang dalam perjalanannya,” ujarnya. Namun Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Biarkan Usamah berangkat sekarang juga.”

Kata Usamah, “Tatkala sakit Rasulullah bertambah berat, saya datang menghadap beliau diikuti orang banyak, setelah saya masuk, saya dapati beliau sedang diam tidak berkata-kata karena kerasnya sakit beliau. Tiba-tiba beliau mengangkat tangan dan meletakkannya ke tubuh saya. Saya tahu beliau memanggilku.”

Ketika Usamah mencium wajahnya, beliau tidak mengatakan apa-apa selain mengangkat kedua belah tanganya ke langit serta mengusap kepala Usamah, mendoakannya.

Sikap Khalifah Abu Bakar atas Adanya Usulan Penggantian Usamah
Usamah segera kembali ke pasukannya yang masih menunggu. Setelah semuanya lengkap, mereka mulai bergerak. Belum jauh pasukan itu meninggalkan Juraf, tempat markas perkemahan, datanglah utusan dari Ummu Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam telah wafat. Usamah segera memberhentikan pasukannya. Bersama Umar bin Khatthab dan Abu Ubaidah bin Jarrah, ia segera menuju rumah Rasulullah. Sementara itu, tentara kaum muslimin yang bermarkas di Juraf membatalkan pemberangkatan dan kembali juga ke madinah.

Abu Bakar Shidiq terpilih dan dilantik menjadi khalifah. Khalifah Abu Bakar meneruskan pengiriman tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, sesuai dengan rencana yang telah digariskan Rasulullah. Tetapi, sekelompok kaum Anshar menghendaki supaya menangguhkan pemberangkatan pasukan. Mereka meminta Umar bin Khattab membicarakannya dengan Khalifah Abu Bakar.

Abu Bakar segera memanggil Usamah untuk kembali memimpin pasukan, sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah sebelumnya. Tindakan Khalifah tentu saja mendapat reaksi dari beberapa sahabat. Apalagi saat itu beberapa kelompok kaum muslimin murtad dari agama Islam. Kota Madinah memerlukan penjagaan ketat.

Kata mereka, “Jika khalifah tetap berkeras hendak meneruskan pengiriman pasukan sebagaimana dikehendakinya, kami mengusulkan panglima pasukan (Usamah) yang masih muda remaja ditukar dengan tokoh yang lebih tua dan berpengalaman.”

Mendengar ucapan Umar yang menyampaikan usul dari kaum Anshar itu, Abu Bakar bangun menghampiri Umar seraya berkata dengan marah, “Hai putra Khattab! Rasulullah telah mengangkat Usamah. Engkau tahu itu. Kini engkau menyuruhku membatalkan putusan Rasululllah. Demi Allah, tidak ada cara begitu!”

Abu Bakar juga berkata, “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, seandainya aku tahu akan dimakan binatang buas sekalipun, niscaya aku akan tetap mengutus pasukan ini ketujuannya. Aku yakin, mereka akan kembali dengan selamat. Bukankah Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam yang diberikan wahyu dari langit telah bersabda, 'Berangkatkan segera pasukan Usamah!'"

Tatkala Umar kembali kepada orang banyak, mereka menanyakan bagaimana hasil pembicaraannya dengan khalifah tentang usulnya. Kata Umar, “Setelah saya sampaikan usul kalian kepada Khalifah, belaiu menolak dan malahan saya kena marah. Saya dikatakan sok berani membatalkan keputusan Rasulullah."

Maka, pasukan tentara muslimin berangkat di bawah pimpinan panglima yang masih muda remaja, Usamah bin Zaid. Khalifah Abu Bakar turut mengantarkannya berjalan kaki, sedangkan Usamah menunggang kendaraan.

Kata Usamah, “Wahai Khalifah Rasulullah! Silakan Anda naik kendaraan. Biarlah saya turun dan berjalan kaki. “

Jawab Abu Bakar, “Demi Allah! jangan turun! Demi Allah! saya tidak hendak naik kendaraan! Biarlah kaki saya kotor, sementara mengantar engkau berjuang fisabilillah! Saya titipkan engkau, agama engkau, kesetiaan engkau, dan kesudahan perjuangan engkau kepada Allah. Saya berwasiat kepada engkau, laksanakan sebaik-baiknya segala perintah Rasulullah kepadamu!”

Kemudian dibalas oleh Usamah dengan jawaban yang penuh makna, “Aku menitipkan kepada Allah agamamu, amanatmu juga penghujung amalmu dan aku berwasiat kepadamu untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah.”

Kemudian, Khalifah Abu Bakar lebih mendekat kepada Usamah. Katanya, “Jika engkau setuju biarlah Umar tinggal bersama saya. Izinkanlah dia tinggal untuk membantu saya.” Usamah kemudian mengizinkannya.

Kemenangan Usamah
Usamah dan pasukannya terus bergerak dengan cepat meninggalkan Madinah. Setelah melewati beberapa daearah yang masih tetap memeluk Islam, akhirnya mereka tiba di Wadilqura. Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah bernama Huraits. Ia maju meninggalkan pasukan hingga tiba di Ubna, tempat yang mereka tuju. Setelah berhasil mendapatkan berita tentang keadaan daerah itu, dengan cepat ia kembali menemui Usamah. Huraits menyampaikan informasi bahwa penduduk Ubna belum mengetahui kedatangan mereka dan tidak bersiap-siap. Ia mengusulkan agar pasukan secepatnya bergerak untuk melancarkan serangan sebelum mereka mempersiapkan diri.

Usamah setuju. Dengan cepat mereka bergerak. Seperti yang direncanakan, pasukan Usamah berhasil mengalahkan lawannya. Hanya selama empat puluh hari, kemudian mereka kembali ke Madinah dengan sejumlah harta rampasan perang yang besar, dan tanpa jatuh korban seorang pun.

Usamah berhasil kembali dari medan perang dengan kemenangan gemilang. Mereka membawa harta rampasan yang banyak, melebihi perkiraan yang diduga orang. Sehingga, orang mengatakan, “Belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan tempur dengan selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yang dibawa pasukan Usamah bin Zaid.”

Kecintaan Kaum Muslimin Kepada Usamah
Usamah bin Zaid sepanjang hidupnya berada di tempat terhormat dan dicintai kaum muslimin. Karena, dia senantiasa mengikuti sunah Rasulullah dengan sempurna dan memuliakan pribadi Rasul.
Khalifah Umar bin Khattab pernah diprotes oleh putranya, Abdullah bin Umar, karena melebihkan jatah Usamah dari jatah Abdullah sebagai putra Khalifah.

Kata Abdullah bin Umar, “Wahai Bapak! Bapak menjatahkan untuk Usamah empat ribu dinar, sedangkan kepada saya hanya tiga ribu dinar. Padahal, jasa bapaknya agaknya tidak akan lebih banyak daripada jasa Bapak sendiri. Begitu pula pribadi Usamah, agaknya tidak ada keistimewaannya daripada saya."

Jawab Khalifah Umar, “Wah?! jauh sekali?! Bapaknya lebih disayangi Rasulullah daripada bapak kamu. Dan, pribadi Usamah lebih disayangi Rasulullah daripada dirimu.” Mendengar keterangan ayahnya, Abdullah bin Umar rela jatah Usamah lebih banyak daripada jatah yang diterimanya.

Apabila bertemu dengan Usamah, Umar menyapa dengan ucapan, “Marhaban bi amiri!” (Selamat, wahai komandanku?!). Jika ada orang yang heran dengan sapaan tersebut, Umar menjelaskan, “Rasulullah pernah mengangkat Usamah menjadi komandan saya.”

Setelah menjalani hidupnya bersama para sahabat, Usamah bin Zaid wafat tahun 53 H / 673 M pada masa pemerintahan khalifah Mu’awiyah.

Itulah cuplikan dari kisah seorang pemuda yang berani dalam membela agama Allah tanpa mempedulikan sesuatu yang mengancam jiwanya, dari sinilah kita sebagai pemuda penerus bangsa dan agama alangkah patutlah meniru sosok seorang sahabat yang pemberani Usamah bin Zaid.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada para sahabat yang memiliki jiwa dan kepribadian agung seperti mereka ini. Wallahu a’lam.


Sumber : Usamah bin Zaid bin Haritsah - Panglima Termuda kesayangan Rasulullah

Jumat, 09 Januari 2015

Wafarnya Abu Hasan r.a

   Tujuh belas Ramadan pun tiba. Ketiga orang itu (Ibn Muljam, Wirdan dan Syabib) bersiap siap dengan pedang terikat di pinggangnya.
   Tak tersirat oleh Ali r.a bahwa saat yang dinantikan nya itu telah tiba. seperti biasa, ia keluar rumah untuk shalat dan membangunkan orang lain.
   Namun, belum Ali melangkah jauh dari rumahnya, Syabib menebaskan pedang sehingga ia terjatuh. Ibn Muljam menyusul menebaskan pedangnya sehingga darah Ali mengucur ke janggutnya.
   Ibn muljam berteriak, "Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, bukan mililmu dan milik sahabatmu."
   Ali pun berseru "Kalian akan mendapatkan Hukum Allah."
   Wirdan langsung lari. Namun Seseorang dapat menangkapnya dan membunuhnya. Orang orang pun menemui Al Hasan dan menceritakan apa yg terjadi kepada Ali. Ibn Muljam digiring kehadapan Ummu Kaltsum, menjerit sambil menangis.
   "Hai musuh Allah, Ayahku tidak apa - apa, sedangkan kau akan mendapat murka Allah."
   Ibn Muljam berkata "Jadi, untuk siapa kau menangis? aku telah meracuni pedang ku dengan racun yg mematikan. Andaikan pedang itu di tebaskan kepada seluruh penduduk mesir tidak akan ada satupun yg selamat."
   Setelah itu tidak ada lagi yg bisa di ucapkan sekain kalimat La ilaha illallah hingga malaikat mau pun menjemputnya pada tanggal 21 Ramadhan.

Celakalah, Wahai kedua mata
yang tidak menangisi kepergian Amirul Mu'minin
Lihatlah,
Mata para penduduk Syiria tak mengeluarkan setetespun air mata
Dibulan Haram ini kalian mengagetkan kami
Orang terbaik diantara kami telah Pergi.

Rahimahullah Ali bin Abi Thalib k. w
Sumber : Biografi Khalifah Rasulullah

Jum'at, Zulhijah, 35 H

   Utsman sedang membaca Al Quran ketika beberapa orang merangsek ke dalam kamarnya. Tiba - tiba saja seorang dari mereka meloncat ke hadapan Utsman dan berteriak, "Antara aku dan engkau ada kitabullah." sambil menebaskan pedang dan Utsman menangkis sabetan itu sehingga tangannya terputus.
   Dan darah itu mengucur sehingga membasahi Mushaf yg ada di hadapannya. Amr ibn al - Hamq lompat ke tubuh Utsman dan menduduki dadanya, dan menghujamkan senjatanya 7x. Ia berkata, "Satu kali Untuk Allah dan keenamnya adalah dendam yg bergejolak di dalam dadaku."
   Utsman pun tersenyum kini rasa rindu kepada Rasulullah akan segera terobati. Pagi ini, ia merasa bahwaharapan untuk bertemu dengan Rasulullah pun menjadi nyata, Karena ia bermimpi, Rasulullah bersabda, "Malam ini makanlah bersama kami, Utsman." Dan keesokan harinya ketika pemberontak mengepung rumahnya ia tertidur. ia pun bermimpi, Rasulullah bersabda "Kau akan shalat Jum'at bersama kami."
   Saat mau menjemput, ia sedang dalam keadaan berpuasa dan telah membebaskan 20 orang budak. Bahkan, ia pun meminta pakaian yg panjang. Khawatir Auratnya tersingkap oleh para durjana.
    Itulah hari terakhir Utsman. Para perawi menuturkan bahawa hari itu adalah hari Jum'at. Itulah hari Jum'at kelabu dalam sejarah islam. inilah awal petaka kehancuran keutuhan dan kesatuan umat islam. Sang Dzurunain (Pemilik dua Cahaya) dibunuh karena tidak di sukai oleh sebagian goolongan

Rahimahullah Utsman Bin Affan
Sumber : Biografi Khalifah Rasulullah

Wafatnya Sang Khalifah

   Adzan Subuh telah terdengar di bumi Madinah. Umar pun sang Khalifah langsung bergegas ke Masjid Madinah dan sang khalifah tanpak Arif dan bersahaja.
   Dimasjid sudah ramai para jamaah.Khalifah pun mendirikan shalat sunat Fajar. Sesaat setelah muadzin beriqomah, Umar pun maju ke tempat imam.
   "Luruskan shafnya." Ujar Umar
   Setelah shaf lurus Umarpun Membalikan badan menghadap kiblat. Waktu bergulir sejenak. Tetapi yg diucapkan Umar bukan Takbir Tetapi lain.
   "Seorang Anjing telah menikam ku." Ucap Umar. Jasad Umar pun ambruk seketika. Darah pun membasahi Jubahnya.
   Umar yg tengah terkapar itu pun menarik Abdurrahman ibn Auf untuk menjadi Imam. Suasana di dalam masjid dipenuhi dengan Kecemasan. Abdurrahman Ibn Auf pun mengimami shalat dengan cepat.
   Setelah Shalat pun Umar bertanya.
   "Wahai Putra Abbas, Siapakah yg membunuhku?" Kata Umar
   "Budak Mughirah" jawab Ibnu Abbas
   "Apakah dia Al - Shun' (Abu Lu'luah Fairuz)?" Tanyanya lagi
   "Ya" jawab Ibnu Abbas
   "Aku telah memerintahkan kebaikan untuknya. Alhamdulullah segala puji bagi Allah SWT yg tidak menjadikanpembunuhku Orang Islam." Ujar Umar
   Umar berkata kembali "Seandainya aku memiliki Emas sepenuh bumi ini, sungguh akan kupergunakan untuk menebus diriku dari malapetaka hari Kiamat. Adapun perkara ke-Khalifahan, Aku serahkan kepada :
  1. Utsman bin Affan
  2. Ali ibn Abi Thalib
  3. Thalhah bin Ubaidillah
  4. Abdurrahman bin Auf
  5. Zubair bin Awwam
  6. Saad bin Abi Waqqash
   Pagi terus beranjak, Matahari mulai terbit. Sementara Nafas Sang Khalifah perlahan terhenti. Dan pada Ahad pagi. Awal bulan Muharrom Tahun 24 Hijriyyah (644 M), Khalifah Umar menghembuskan nafas terakhir. Semua pun merasa kehilangan sang Khalifah TEgas, Adil dan Bijaksana

Rahimahullah "Umar bin Khattab"
 Sumber : Biografi Khalifah Rasulullah

Rabu, 07 Januari 2015

Cerita singkat Tentang Nabi Muhammad SAW



Nabi Muhammad SAW. Merupakan Nabi terakhir yang diutus ke muka bumi.
Masa Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW. Lahir dari kandungan ibu Aminah dan berayahkan Abdullah pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah dan bertepatan pada 22 April 571 M. dalam keadaan yatim. Pada kelahiran nabi Muhammad SAW. Terjadi peristiwa dimana tentara Abraham akan menghancurkan Kabah yg kemudian gagal karena Allah SWT. Mengutus Burung Ababil untuk membawa Krikil Sijjil dengan paruhnya, yg dilemparkan kepada tentara gajah tersebut hingga tembus ke dalam sampai Mati. Peristiwa itu diabadikan dalam Al – Quran Surat Al – Fiil ayat 1 – 5.
Kebiasaan Masyarakat Jahiliyyah
Contoh kebiasaan Jahiliyyah : Mabuk, berjudi, Maksiat, Merendahkan derajat Wanita.
Masa kanak – kanak Nabi Muhammad SAW. Hingga masa kerasulan
Nabi Muhammad SAW. Disusui oleh ibunya hanya beberapa hari, oleh Tsuaibah 3 Hari, dan dilanjutkan oleh Halimah Sa’diyah. Keistimewaan Nabi Muhammad SAW. : umur 5 bulan sudah dapat berjalan, 2 th sudah menggembala Kambing, 6 tahun Nabi Muhammad ditinggal oleh ibunya Aminah, oleh karena itu Nabi tinggal di Kakeknya Abdul Mutholib. Usia 8 th 2 bln 10 hr Abdul Mutholib wafat, kemudian diasuh oleh Abu Tholib (Paman). Usia 12 th nabi diajak berdagang ke Syam, usia 25 th nabi berjualan dagangan milik Siti Khodijah ke Syam. Nabi menikah dengan Khodijah yg berumur 40 th dan Nabi berumur 25 th dengan mas kawin 20 ekor Unta muda. Yang dianugrahi 6 putra putri : Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulsum dan Fatimah.
Masa Kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Pada usia 35 th ada peristiwa yaitu Makkah dilanda banjir besar hingga meluap ke Baitul Haram yang kemudian Kakbah diperbaiki oleh arsitek yg bernama Baqum (orang Romawi). Usia 40 th nabi diangkat menjadi Rasul. Beliau menerima wahyu yang pertama kalinya di Gua Hira dengan perantara malaikat Jibril yaitu QS. Al Alaq ayat 1 sampai 5.
Rasulullah berdakwah
Dalam keadaan menggigil dan ketakutan Nabi menerima Wahyu yg kedua : QS. Al Muddasir ayat 1 – 7.
Menyiarkan agam islam dengan sembunyi sembunyi
Beliau berdakwah secara sembunyi sembunyi dengan mengajak keluarganya dan sahabat sahabtnya untuk masuk islam. Orang orang yg pertama masuk islam :
v  Siti Khadijah (Istri Nabi SAW)
v  Ali bin Abi Thalib (Paman Nabi SAW)
v  Zaid bin Haritsah (Anak Angkat NAbi SAW)
v  Abu Bakar As Siddiq (Sahabat dekat Nabi SAW)
Orang orang yg masuk islam perantara Abu Bakar As Siddiq :
  • Utsman bin Affan                                               
  • Zubair bin Awwam  
  • Sa’ad bin Abi Waqqash                                   
  • Abdurrahman bin Auf      
  • Thalhah bin Ubaidillah                                       
  • Arqam bin Abil Arqam       
  • Fathimah binti Khattab                                   
  • Abu Ubaidillah bin Al Jarrah
Dan mereka yg namanya di Atas semua disebut Assabiqun Al Awalun.
Menyiarkan Agama Islam secara terang terangan
Dakwah secara terang terangan di perintahkan oleh Allah SWT melalui turunnya surat Al Hijr : 94. Agama Islam meluas ke Habasyah (Etophia), Thaif dan Yastrib (Madinah). Pada tahun 10 Kerasulan pada saat “Ammul Khuzni” yaitu tahun duka cita dengan wafatnya Abu Thalib dan Siti Khadijah. Dan terjadi peristiwa Isra Mi’raj dengan perintah shalat 5 Waktu.
Sifat sifat Rasulullah SAW. 
  •  Siddiq (Jujur)                                  
  • Amanah (Dipercaya)
  • Tabligh (Menyampaikan)                  
  • Fathonah (Cerdas)
Haji Wada RasulullahSAW
Pada Tahun 10 H, nabi Muhammad SAW melaksanakan Haji Terakhirnya (Haji Wada) dengan 100.000 jamaah yg ikut serta.
Nabi Muhammad SAW rahmatan lil ‘Alamin
Nabi Muhammad SAW diutus untuk memberikan bimbingan kepada manusia agar menjalani hidup yg benar sehingga dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan Akhirat.
Misi Misi Nabi Muhammad SAW
v  Menyiarkan Agama Islam
v  Menyampaikan Wahyu Allah SWT
v  Menyampaikan Kabar gembira dan peringatan kepada umat Manusia
v  Menyempurnakan Akhlaq yaitu Akhlaq Qurani
Adab Rasulullah SAW saat Makan dan minum
v  Berupaya untuk mencari makanan yg Halal
v  Hendaklah mencuci tangan sebelum Makan
v  Hendaklah memulai makan dan minum dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan Hamdallah
Adab Rasulullah SAW saat sebelum tidur dan bangun tidur
v  Berintrospeksi diri / Muhasabah sesaat sebelum tidur
v  Tidur dini
v  Disunahkan berwudlu sebelum tidur
Adab Rasulullah SAW saat berpakaian dan berhias
v  Memakai pakaian bersih dan bagus
v  Pakaian harus menutup aurat
v  Pakaian laki laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya
Keutamaan Shalawat Nabi
Makna Shalawat dari Allah SWT kepada Hambanya : Limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemuliaan dan keberkatan dari-Nya.
Hukum bershalawat Wajib Apabila :
v  Membaca Tasyahud (Tahiyat)
v  Setiap menyebut, menulis, mendengar nama Rasulullah SAW
Arahan Membaca Shalawat
Allah Memulai shalawat keatas Nabi diikuti Malaikat kemudian dianjurkan kepada muslimin mengamalkannya.
Kelebihan Shalawat
v  Apabila mengucapkan shalawat kepadaku 1x maka Allah akan bershalawat bagi-Nya 10x
v  Digugurkan 10 kesalahannya (Dosa) nya
v  Ditinggikan drajatnya
Shalawat paling Afdhol (Utama)
Yaitu Shalawat yg dibaca selepas Tasyahud Akhir setiap shalat.
Waktu utama Bershalawat
v  Ketika mendengar orang menyebut nama Nabi SAW
v  Selesai berwudhu sebelum membaca do’a
v  Diakhiri Qunut dalam shalat
Hikmah dan Fadhillah memperingati kelahiraan Nabi SAW
Hikmah :
v  Mendorong orang untuk membaca shalawat
v  Ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau
v  Menengahkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW
Fadilah :
v  Akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakan dan menghadirinya
v  Akan diberikan syafaat pada hari Akhir
v  Barang siapa yg memberikan infak 1 dirham untuk mesmperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW maka akan menjadi temanku masuk Surga
Dalil dalil bolehnya memperingati Maulid Nabi
v  Kitab Madarij As – Suhud Syarah Al – Barzanji hal. 15 :
Rasulullah Bersabda : “Barang siapa yg menghormati hari lahirku tentu aku akan memberikan syafaat kepadanya di hari akhir.”
v  Dalil dalam Madarid As -  Suhud Hal 16
Umar Mengatakan : “Siapa yg menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya menghidupkan islam”